history of herlandhi

history of herlandhi

Selasa, 28 Februari 2012

Adele - Someone Like You


i heard, that your settled down
that you, found a girl and your married now
i heard that your dreams came true
guess she gave you things, i didn't give to you

old friend, why are you so shy?
ain't like you to hold it back or hide from the light

i hate to turn up out of the blue uninvited
but i couldn't stay away, i couldn't fight it
i'd hoped you'd see my face & that you'd be reminded,
that for me, it isn't over

never mind, i'll find someone like you
i wish nothing but the best, for you too
don't forget me, i beg, i remember you said
"sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead"
sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead

you'd know, how the time flies
only yesterday, was the time of our lives
we were born and raised in a summer haze
bound by the surprise of our glory days

i hate to turn up out of the blue uninvited,
but i couldn't stay away, i couldn't fight it
i'd hoped you'd see my face & that you'd be reminded,
that for me, it isn't over

never mind, i'll find someone like you
i wish nothing but the best for you too
don't forget me, i beg, i remember you say
"sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead"

nothing compares, no worries or cares
regret's and mistakes they're memories made
who would have known how bittersweet this would taste?

never mind, i'll find someone like you
i wish nothing but the best for you
don't forget me, i beg, i remember you said
"sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead"

nevermind, i'll find someone like you
i wish nothing but the best for you too
don't forget me, i beg, i remembered you say
"sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead"
sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead..

~My Favorite Song~

Menunggu

Malam :)
Saat ini saya sedang duduk di depan laptop mengetik apa yang ingin saya ketik. mengungkapkan segala curahan hati yang ingin saya keluarkan.

Minggu ini adalah minggu terakhir masa liburan semester. Sebulan lebih saya tidak bergulat dengan handout-handout materi kuliah. Rasanya plong, tetapi hampir sebulan lebih saya tidak bertemu dengan orang-orang tersekat saya di kampus. Kangen juga.

Liburan kemarin tidak banyak yang saya lakukan. Bahkan, saya tidak sempat untuk berkencan dengan kata yang biasa disebut 'Liburan'. Bisa dibayangkan, di awal liburan saya hanya di rumah, membantu ibu menyelesaikan ini itu dan hanya sempat nengok Eyang Uti saya di Purbalingga selama satu minggu. Flat. Datar. Itu judul yang pantas untuk waktu libur kuliah saya. :|

Tapi, ada yang sedikit mengganjal. Rupanya diam-diam hati saya ini sedang menunggu. Menunggu?Siapa? Sedikit saya merayunya untuk mengatakan yang sejujurnya, tapi hati saya tetap diam. Lalu bagaimana saya tau untuk siapakah dia menunggu. Tanggal 5 Maret nanti, dia ingin sekali menatap sesuatu yang selama ini hanya bisa dipandangnya. Itulah jawaban dari hati saya.

Di akhir masa libur saya, saya biarkan pikiran saya berkhayal berkeliaran sesukanya. Saya tidak akan ganggu hati saya untuk berkicau semua hal. Karena nanti mulai 5 Maret, ketika mereka berdua sudah menemukan yang mereka cari, mereka pasti tidak akan berkutik.
"menatap tapi tak sapa"

hasil ketidaksinkronan pikiran dan hati
20.59 Waktu Bagian Laptop Saya
:)

Sabtu, 25 Februari 2012

Super Mother

'Assalamu'alaikum wr.wb..'
'Assalamu'alaikum wr.wb..'

Rokaat terakhir saat saya sholat maghrib. Lampu di luar mushola kecil rumah Eyang saya masih belum menyala. Dan saya melupakan kalau Eyang Uti sedang tertidur pulas di kursi. Beliau hanya diam menunggu orang yang hendak menyalakan lampu karena saat itu hari memang sudah gelap. Ya, seharian itu semenjak matahari muncul ternyata beliau hanya berbaring di sebuah kursi panjang yang empuk. Sesaat setelah adzan Subuh tadi beliau masih sempat berjalan mengambil air wudhu dan sholat Subuh seperti biasanya. Tapi setelah itu, hanya berbaring.

Saya menyalakan lampu, sesaat rupanya beliau sudah berhasil duduk di kursi dengan kekuatannya sendiri. Saya duduk di depan kursi beliau sambil minum satu gelas susu coklat dingin. Berkali-kali saya amati, beliau rupanya sedang berusaha turun dari kursi, duduknya mulai bergeser, berpegangan pada kursi, meja, mengambil ancang-ancang untuk berdiri. Satu, dua, tiga, dalam hati saya menghitung, tidak berubah posisi. Beliau tidak menyerah, bertumpu pada kedua tangannya tapi tidak juga membuatnya bisa berdiri.

Saya putuskan untuk memegangi tangannya mencoba membantunya untuk berdiri, tapi dia meringis kesakitan. Bagian leher di bawah telinga kirinya dipeganginya erat-erat. Jari-jari tangan, lutut, semuanya sama. Disitulah beliau mengeluhkan sakit yang membuatnya bertahan berbaring seharian. Mungkin rasa itu bisa ia tahan sejenak, tapi rasa sakit dan linu di kakinya ketika berjalan melangkahkan kaki itu juga siap menunggunya. Padahal permintaannya sederhana. Beliau hanya mau mengambil air wudhu untuk sholat maghrib.

Saya menuntunnya menuju kamar mandi yang paling dekat dengan kursinya. Tidak sampai 5 meter saya hitung jaraknya, dan manusia normal pun pasti bisa sampai dalam waktu beberapa detik saja. Tapi tidak dengan beliau, yang usianya menginjak 79 tahun. Tulang, otot yang sudah rapuh menemaninya selalu. Menjadi sahabat setianya selama hari-hari tuanya. Jadilah perjalanan yang hanya beberapa detik saja itu, berubah menjadi puluhan menit hanya untuk berjalan. Jangan salahkan saya ataupun beliau. Ini bonus dari Allah, yang sudah memberinya usia lebih panjang dari suaminya, Eyang kakung saya.

Perlahan, selangkah demi selangkah. Pelan, sangat pelan. Berpegang pada lemari, tembok, pintu, semuanya yang ada di depannya dan akhirnya sampai di kamar mandi. Tangannya gemetaran menahan dingin karena kulitnya tidak lagi kuat dan tebal seperti dulu. Air wudhu diambil dan dia basuhkan ke muka, tangan, dan kakinya. Saya perhatikan lebih lama lagi, urutan berwudhu pun tampaknya sudah mulai terganggu. Tentu, karena ingatannya yang tidak lagi cemerlang.

Berwudhu selesai dan dia masih dihadang lagi oleh berjalan balik menuju kamarnya untuk sholat maghrib. Selangkah lagi demi selangkah, pelan, dan akhirnya sampai di kursi dimana dia biasa sholat. Hm, Eyang Uti saya sudah tidak bisa lagi sholat dengan berdiri, jadilah kursi plastik itu menjadi tempatnya mengadu pada Sang Khalik.

Perjuangannya masih berlanjut, untuk memakai mukena. Saya ambilkan mukena bersih bercorak ungu di cantelan baju. Tapi dia menolak dan lebih memilih minta diambilkan mukena usangnya yang sudah berubah menjadi berwarna kecoklatan karena saking lamanya dan banyak lubang di sana-sini karena dimakan waktu. Alasannya lagi-lagi sederhana, mukena yang baru tidak enak dipakai karena rasanya berat. Untuk memakai mukenanya itu tidak semudah kita manusia yang masih muda dan kuat. Karena tidak lagi bisa dibenarkan, mukena tidak sampai menutupi kakinya dengan sempurna. Dia tidak mudah untuk berdiri, bergerak, bahkan bergeser sedikit saja untuk memakai mukenanya dengan sempurna. Tapi saya yakin Allah Maha Mengetahui dan Memaklumi.

Beliau akhirnya bisa menunaikan sholat maghrib meskipun dengan berbagai perjuangan. Kecil, tapi itu menunjukkan betapa sudah dekatnya beliau dengan hari tuanya. Beliau hanya mau memberikan contoh yang baik pada saya, cucunya dan juga anak-anaknya.

Nama lengkapnya Yubingah. Eyang Uti saya, ibu kandung dari ibu saya. Lahir 79 tahun yang lalu dan melahirkan 11 orang anak, namun sekarang hanya 5 orang anak yang masih hidup menemaninya termasuk ibu saya. Beliau lah Super Mother yang saya maksudkan. Penuh kegigihan, selalu punya kemauan keras, hanya untuk bisa membahagiakan anak dan cucunya.

Ya Rahman, Berikanlah waktu lebih lama lagi untuk beliau melihat dunia. Berikanlah kekuatan dalam jiwa dan raganya untuk mengarungi hari dan kehidupan di masa senjanya. Untuk melihat anak-anak, menantu, dan cucunya sedikit lebih lama. :)

01.40 Waktu Bagian Laptop Pinjaman Pakde

Kamis, 23 Februari 2012

Target ke Luar Kota

Hai :)
Di posting sebelumnya saya pernah menuliskan, saya ingin berlibur ke luar kota (baca:traveling). Sebenernya saya berniat mau ke Bekasi, Bogor, dan Jogja. Tapi betapa jahatnya saya jika tega meminta uang pada orang tua hanya untuk liburan. Ngga banget! Alhasil, saya hanya bisa berlibur ke Purbalingga, rumah ibu kandung dari ibu saya. Tapi judulnya tetep ke luar kota kan?hehe. *menghibur diri

Saya ke Purbalingga hari senin sore, dijemput oleh kakak ipar ibu saya yang kebetulan satu rumah dengan Eyang saya. Sekedar info, sekarang embah saya itu maunya dipanggil Eyang, bukan Embah seperti biasanya -_-. Aduh, kalimatnya ribet. Intinya, saya dijemput Pakde. :D Perjalanan ke Purbalingga cukup 1 jam tanpa mampir ke sana kemari. Tapi hari itu saya mampir di dua tempat, penjual martabak di Kya Kya Mayong dan ATM. Jadilah perjalanan ngaret beberapa menit. Padahal saya sedang mengejar drama korea City Hunter di Indosiar. :D Sebenernya di mobil ada tv, tapi antena di atas mobil belum dibenerin. Jadi ya layarnya hitam putih. hrarwr

Sampai di rumah eyang saya. Hujan. Saya masuk, duduk, makan rambutan (lupa kalo mau nonton tivi).
'Katanya mau nonton film?' kata Pakde. Aaaaaa saya lari ke ruang tivi. Lumayan, saya bisa nonton setengah jam di akhir. Jadilah seharian itu saya nonton tivi sambil internetan.

Nah, ini yang jadi permasalahan, yang ada di tangan saya ini laptop dengan jaringan internet yang nyadap dari 'suatu tempat yang tidak boleh disebutkan namanya' jiah keren banget bahasanya. Ya, karena saya ada di sebuah desa lumayan jauh dari pusat kota Purbalingga, desa Kejobong namanya. Sebenarnya ada warnet di sana, tapi entah bagaimana ceritanya saya ga peduli, di rumah eyang saya ini dilengkapi fasilitas internet gratis tanpa bayar. Padahal tidak ada orang disini yang biasa menggunakan internet. Pakde, Bude, dan Eyang, hanya mereka yang ada di rumah ini.

Yah, di rumah Eyang saya ini memang disulap dilengkapi berbagai fasilitas demi saudara-saudara sepupu saya (cucu-cucu Eyang) yang sering melancong ke sini seperti saya sehingga merekapun betah lama tinggal di sini. *nyengir kuda

Seperti biasa ketika jam tidur datang, Bude saya menyiapkan tempat tidur seperti biasanya. Kasur busa tebal dibungkus bedcover di depan tivi. Asik!
Hem, padahal di rumah eyang yang lebih besar dan luas dibanding rumah saya di purwokerto, 5 kamar dan 5 kamar mandi. Saya lebih memilih tidur di depan tivi. Itu zona nyaman saya di sana.

Hari pertama saya di sana tidak berbeda dengan hari berikutnya, hanya tidur, makan, nonton film sampai subuh, internetan. T.T dimana ada liburannya?? Pakde sama Bude kalo siang hari bekerja, saya hanya bisa menghela nafas.

'Saat saya mengetik ini, ini hari keempat saya di sini. Yang saya dapatkan di sini memang liburan, libur dari kepenatan saya di rumah, libur dari kerjaan rumah yang membuat otot saya kuat, libur dari kehidupan rutin rumah saya.'

hahaha, sesaat saya jad orang yang paling jahat, meninggalkan amah* saya di rumah sibuk sendirian. Tapi saya di sini menjaga ibu juga, ibu dari ibu saya yang sekarang lebih sering berbaring daripada berdiri, yang sedang menghadapi hari-hari tuanya. Mendengarkan cerita-cerita Eyang yang luar biasa. :)

*Amah : panggilan buat Ibu kandung saya di rumah. Tercatat sepanjang hidup saya, beliau seringkali minta dipanggil yang aneh-aneh "Mimih, Amah, Mamah, Mamam"

senyum semanis gula jawa untuk Eyang, Bude, Pakde di sini.

21.05 Waktu Bagian Laptop Pinjaman dari Pakde